Kabalon dalam Lintasan Sejarah Jawa Kuna

Barangkali tidak semua warga kota Malang mengenal nama Kabalon --suatu dukuh dalam wilayah desa Cemorokandang, Kecamatan Kedungkandang, kota Malang. Suatu hal yang menarik, Kabalon yang kini hanya berada dalam tingkat dukuh itu dalam panggung sejarah Jawa Kuno ternyata memiliki kedudukan yang penting, setidaknya semenjak masa akhir pemerintahan kerajaan Kadiri hingga Majapahit akhir. Oleh karena itu, sungguh amat disayangkan apabila situs Kabalon kelak tergusur oleh pembangunan. Mengingat, sebagian dari wilayah dukuh ini, kini termasuk dalam areal perumahan Villa Gunung Buring, yang dalam pemekarannya bukan tidak mungkin merambah ke bagian dukuh yang lain. Sehingga, apabila tidak berhati-hati, bisa saja memusnahkan data arkeologis yang tinggal tidak seberapa itu. Tulisan ini, di samping dimaksudkan untuk berbagi informasi historis tentangnya, juga diharapkan menjadi secuil rekaman, jika pada suatu saat fandalisme budaya itu benar-benar terjadi.
       Kabalon atau Kabalan telah disebut-sebut, baik dalam sumber data sastra maupun prasasti. Salah satu sumber data sastra yang menyebutnya dalah kitab gancaran (prosa) Pararaton, yang selesai ditulis pada sekitar tahun 1600 Masehi. Dalam edisi J.L. Brandes (1920) ini, Kabalon diberitakan sebanyak dua kali. Pertama, dalam bagian yang menceritakan mengenai seorang kepala lingkungan daerah Turyyanpada (kini Turen) bernama pu Palot, yang baru pulang dari Kabalon. Ia adalah seorang tukang emas yang tengah berguru kepada kepala desa tertua di Kabalon, yang seakan sudah berbadankan kepandaian membuat barang-barang dari emas dengan sesempurna-sempurnanya. Sungguh, ia telah sempurna tak bercacat. Pu Palot pulang dari Kabalon membawa bahan seberat 1 tahil....
       Bagian berikutnya, menceritakan upaya Arok untuk belajar membuat perhiasan emas. Semula ia belajar dari pu Palot dari Turyyanpada. Namun, karena masih ada kekurangan pu Palot dalam hal membuat barang-barang dari emas, maka disuruhnya Arok menyempurnakan kepandaiannya pada orang tertua di Kabalon. Arok tak dipercaya oleh orang-orang di Kabalon, sehingga ia marah, seraya melontarkan sapata (kutukan): "Semoga ada lobang di tempat orang yang hidup menepi ini". Bahkan, Arok sempat menikam seseorang, sehingga banyak orang yang lari mengungsi ke kepala desa tertua Kabalon. Akibatnya, para pertapa di Kabalon, mulai dari para guruhyang hingga punta, dipanggil untuk berkumpul. Semuanya keluar sambil membawa alat pemukul bahan perunggu, bersama-sama mengejar dan memukulinya, dengan maksud untuk membunuhnya. Namun, tiba-tiba terdengar suara dari langit: "Jangan kamu bunuh orang itu, wahai para pertapa, anak itu adalah anakku, masih jauh tugasnya di alam tengah ini". Untuk itu, segeralah Arok ditolong, bangun seperti sediakala. Maka, bersabdalah Arok "Semoga tidak ada pertapa di sebelah timur Gunung Kawi yang tak sempurna kepandaiannya membuat benda-benda dari emas". Kemudian pergilah Ken Arok dariKabalon mengungsi ke Turyyanpada, ke daerah lingkungan Bapa, sempurna kepandaiannya tentang emas. Dari daerah itu, selanjutnya Arok menuju ke Tugaran.
       Ada beberapa informasi penting yang dapat dipetik dari kitab Pararaton di atas. Pertama, Kabalon merupakan suatu tempat pemukiman para  pengrajin, yaitu pande mas. Dengan demikian, di daerah ini (setidak-tidaknya pada sekitar tahun 1600 M), telah terdapat adanya komunitas yang telah maju, bahkan kepiawaiannya dalam membuat barang-barang emas diperhitungkan oleh masyarakat di daerah sekitarnya. Terbukti, pu Palot, yang juga seorang pande mas, menyuruh siswa didiknya (Ken Arok) untuk menyempurnakan kepandaiannya dengan cara belajar kepada seorang pengrajin emas dari Kabalon. Oleh karena, sebenarnya, pu Palot sendiri mendapat ketrampilan itu dari kepala desa tertua di Kabalon, yang dilukiskan sebagai "seakan-akan sudah berbadankan kepandaian membuat barang-barang emas dengan sesempurna-sempurnanya". Hal ini sesuai dengan dengan apa yang tersirat dalam sabda Ken Arok: "Semoga tak ada pertapa di sebelah timur Gunung Kawi yang tidak sempurna kepandaiannya membuat benda-benda emas". Sesuai dengan konteks kalimatnya, ungkapan "pertapa di sebelah timur Gunung Kawi" menunjuk kepada pertapa di desa Kabalon, yang pencariannya adalah sebagai pengrajin emas.
       Kedua, Kabalon merupakan suatu komunitas religius. Pendapat ini didasarkan pula pada informasi dalam Pararaton bahwa di desa ini tinggallah para pertapa, mulai dari yang berstatus guru hyang hingga punta, yang bekerja sebagai pengrajin emas. Oleh karena itu, besar kemungkinan daerah Kabalon pernah menjadi semacam mandala kadewagurwan, yaitu tempat pembelajaran, utamanya dalam bidang kerohanian, namun tidak tertutup kemungkinan ketrampilan keduniawian tertentu, misalnya membuat barang kerajian emas. Kegiatan kerohanian utama dari warga komunitas keagamaan di Kabalon adalah bertapa, sehingga dapatlah dipahami apabila Pararaton berkali-kali menyebutnya sebagai "para pertata". Dapat pula dipahami. kalau Kabalon disebut sebagai "tempat untuk menepi".
       Di samping informasi tersebut, diketahui bahwa di Kabalon terdapat suatu lobang, sebagaimana tersirat dalam kutukan Arok kepada penduduk Kabalon: "Semoga ada lobang di tempat orang yang menepi di tempat ini". Dalam hal ini, kutukan, sabda atau ucapan penting dari Ken Arok sebagai tokoh sentral dari Pararaton, dapat dijadikan petunjuk mengenai kondisi daerah yang bersangkutan, termasuk pula kondisi geografisnya. Apabila Kabalon yang disebut dalam Pararaton dapat kita identifikasikan dengan dukuh Kabalon di Desa Cemorokandang sebagaimana tertera dalam buku Sejarah Hari Jadi Kabupaten Malang (1984), maka pertanyaannya adalah lobang tersebut kini berupa apa? Suatu hal yang menarik, dalam areal perumahan Villa Gunung Buring terdapat suatu cekungan tanah yang cukup luas, dalam dan memanjang ke bawah, yang sekarang dibangun menjadi kolam pemancingan ikan, yang sekaligus menjadi smacam danau buatan.
       Keberadaan Kabalon pada masa Kuno didapati informasinya di dalam kakawin Nagarakretagama (VII: 4), yang menyebutnya dengan nama Kabalan, yaitu sebagai berikut: "Berputralah beliau putri mahkota Kusumawarddhani, amat cantik, amat rupawan, jelita mata, lengkung lampai, bersemayam di Kabalan. Sang menantu Sri Wikramawarddhana memegang perdata seluruh negara. Sebagai halnya dewa-dewi, mereka bertemu tangan, menggirangkan pandang". Kutipan tersebut memuat informasi berharga bahwa pada masa keemasan Majapahit, Kabalon pernah menjadi tanah lungguh (apanage) bagi putri maharaja Hayam Wuruk, yaitu Kusumawarddhani, sebagai rajakumari (rajamuda; kepala negara bawahan) (Nagarakretagama LXXI: 2), suatu kedudukan yang tinggi untuk putra putri raja dalam jabatan birokrasi, sebelum dirinya diangkat menjadi raja. Dalam menjalankan pemerintahan, Kusumawarddhani didampingi oleh suaminya, yaitu Wikramawarddhana (Bhra Hyang Wisesa), sebagai pemegang urusan perdata. Dengan demikian, Kabalon pernah brperan penting dalam panggung sejarah Jawa Kuno, yaitu sebagai pusat kekuasaan seorang rajakumari dengan gelar Padhuka Bhattara, yang acapkali disingkat dengan Bhra atau Bhre.
       Tidak perlu diragukan apabila Kabalan merupakan salah satu negara bawahan dari Majapahit, sebab disebut dalam prasasti Waringin Pitu yang bertahun 1369 Saka (22 November 1447 M), bersama dengan Daha, Jagaraga, Kahuripan, Tanjungpura, Pajang, Kembang Jenar, Wengker, Kaling, Tumapel, Singapura, dan Matahun. Dalam prasasti yang dikeluarkan raja Wijayaparakramawarddhana ini diketahui bahwa yang menjadi padhuka bhattara adalah dyah Sawitri, dengan gelar (abhisekanama) Mahamisi. Perihal dyah Sawitri ini, prasasti Waringin Pitu menyatakan bahwa ia adalah putri yang rupawan, bibirnya kemerahan bagai manik-manik, tubuhnya semampai, sehingga menimbulkan kepuasan bagi yang memandangnya. Ditambahkan, ia adalah seorang istri yang bhakti kepada suami, pandai bercumbu dan merayu serta seorang penari yang handal dan pengidung yang merdu. Dengan demikian, hingga masa pemerintahan kerajaan Majapahit akhir kedudukan Kabalan tetaplah penting, yaitu sebagai negara bawahan. Hal lain yang menarik, sejauh diketahui, setidak-tidaknya hingga dua kali daerah ini berada di bawah tampuk pimpinan penguasa wanita, yaitu Kusumawarddhani dan dyah Sawitri.
       Nama Kabalan juga disebut juga dalam prasasti Pamintihan yang bertahun 1473 M, dikeluarkan oleh raja dyah Suraprabhawa. Di dalamnya hanya menyinggung bahwa Kabalan berbatasan dengan sima Pamintihan. Dengan demikian, lokasi Pamintihan harus ditempatkan tidak jauh dari dukuh Kabalon sekarang. Tempat lainnya yang dapat dilokasikan tidak jauh darinya adalah Tugaran, sebagaimana disebut dalam kitab Pararaton di atas. Habib Mustopo (1984) mengidentifikasikan Tugaran dengan Tegaron, yaitu suatu dukuh di Desa Lesanpuro, Kecamatan Kedungkandang. Dengan demikian, terdapat sejumlah desa di kawasan Gunung Buring yang menyimpan jejak sejarah masyarakat Malang pada masa Hindu-Buddha. Bukan saja pada dukuh Kabalan, namun amat boleh jadi juga terdapat di desa-desa atau dukuh-dukuh tetangganya.
       Keberadaan situs Kabalon, dan situs-situs lain di sekitarnya, yang merupakan tapak-tapak budaya masa lampau pada wilayah kota Malang, tidak bisa tidak segera di selamatkan dari ancaman pemusnahan. Tulisan ini akan diakhiri dengan sisa permasalahan yang sulit untuk dipecahkan, yaitu adanya desa bernama Kebalen, yang namanya juga dekat dengan Kabalon maupun Kabalan. Bahkan, S. Wojowasito (1968) pernah mengemukakan bahwa desa Kebalen, yang terletak berseberangan dengan desa Kutobedah, dahulu merupakan mandala atau panepen, yang bernama Kabalon. Dengan demikian, terdapat dua kemungkinan tempat yang bisa diidentifikasikan dengan yang dibicarakan di atas, yaitu dukuh Kabalon di desa Cemorokandang dan desa Kebalen . Di antara dua kemungkinan tersebut, manakah yang tepat untuk dipilih?

Drs. M. Dwi Cahyono, M.Hum, Mimbar Malangkuseswara: Desember 1996

1 komentar:

roni 17 Februari 2016 pukul 10.51  
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar

About this blog

Aku memandang suka dan duka
Berganti-ganti di dalam hati

Apa gerangan masa di muka
Jadi bangsa yang kucinta ini
Adakah tanda megah kembali
(Sanusi Pane, Puspa Mega)

My Blog List

Consectetuer

Popular

Blogroll

Total Tayangan Halaman

About

Labels

Labels

Dari Mana

widget

Translate

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Labels

EDIT DESCRIPTION HERE

Followers

Search This Blog